Sejarah Dari Perang Salib
Sejarah Dari Perang Salib – Pernahkah kalian mendengar kata dari ‘Perang Salib’? Diketahui bahwa Perang Salib merupakan salah satu perang terbesar yang pernah terjadi di masa lampau. Jika mendengar kata dari Perang Salib, mungkin sebagian dari kita akan berpikir bahwa perang tersebut merupakan perang dari agama Kristen saja, sebab menggunakan kata Salib. Akan tetapi pada dasarnya perang salib di ikuti oleh berbagai agama termasuk Islam. Untuk itu, kita akan membahas lebih lanjut mengenai sejarah dan latar belakang terjadinya perang tersebut.
Sejarah Dari Perang Salib Dan Latar Belakangnya
Perang Salib
Menurut sejarahnya, Perang Salib pertama kali terjadi pada tahun 1095 Masehi yang di cetuskan oleh Paus Urbanus II saat sidang Konsili Crismont berlangsung. Pada saat itu, masyarakat di Eropa di gerakkan untuk mengangkat senjata dalam rangka membantu Kaisar Romawi Timur untuk melawan orang Turki Seljuk. Selain membantu Kaisar Romawi Timur, gerakan tersebut dilaksanakan untuk melakukan ziarah bersenjata ke daerah Madinah. Kemudian di tahun 1123, Perang Salib kembali terjadi yang mana saat itu kaum Kristen dan Islam melakukan penaklukan balik di Semenanjung Iberia.
Dan pada tahun 1147, Perang Salib Utara terjadi dengan menundukkan suku-suku Pagan di daerah timur laut Eropa ke bawah kekuasaan Jerman, Denmark, dan juga Swedia. Di tahun 1199, Perang Salib politik kembali di cetuskan oleh Paus Inosensius III dengan tujuan menundukkan para penguasa Kristen yang begitu bandel. Adapun peperangan yang terjadi di Lengadok pada tahun 1208 di jadikan sebagai sarana Perang Salib, yang mana saat itu perlawanan terhadap kaum bidah berlanjut di Savoia dan Bohemia. Perang tersebut dilancarkan bagi kaum Protestan di abad ke 46. Perang tersebut juga berakhir dengan jatuhnya Kesultanan Granada di tahun 1492.
Dari sejarahnya Perang Salib tersebut juga memiliki makna dalam ajaran agama Islam, yang mana Perang Salib tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang bisa di dapatkan menurut Islam. Adapun kelebihan yang di dapatkan yakni seperti terbentuknya berbagai negara muslim di Timur Tengah dan wilayah Eropa, juga menyebarnya ilmu pengetahuan agama, dan keterbukaan dari perdagangan. Untuk kekurangan yang didapatkan seperti terjadinya konflik internal bagi umat Islam, degradasi ekonomi, dan kerugian teritorial.
Sejarah juga mengatakan bahwa pada saat terjadinya Perang Salib I, kemenangan diraih oleh kaum Kristen dengan berhasilnya merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslim. Dan pada Perang Salib II, kaum muslim kembali merebut Yerusalem dan berhasil memenangkannya. Pada Perang Salib III, kaum Islam kembali memenangkan peperangan saat kaum Kristen berusaha mengambil kembali Yerusalem. Saat Perang Salib ke IV di cetuskan, kaum Kristen memenangkan peperangan tersebut yang berlangsung di daerah Konstantinopel saat itu. Dan pada Perang Salib ke V kaum Muslim berhasil kembali memenangkan peperangan saat mempertahankan negeri Mesir.
Peperangan terus berlanjut dengan kaum Kristen berhasil merebut Yerusalem pada Perang Salib ke VI. Namun pada Perang Salib ke VII, kaum Muslim berhasil merebut kembali wilayah tersebut. Perang Salib ke VIII kembali terjadi akan tetapi tak ada yang memenangi peperangan tersebut. Dan pada Perang Salib ke IX yang merupakan Perang Salib terakhir yang terjadi saat itu, berhasil dimenangkan oleh kaum Muslim saat berhasil merebut wilayah Acre.
Latar Belakang Perang Salib
Pada tahun 636 Masehi yang mana saat itu pasukan Muslim mengalahkan Bizantium pada Pertempuran Yarmuk, Palestina kemudian berada di bawah Kekhalifaan Umayyah Abbasiyah, dan Fatimiyah. Namun setelah berselang lama saat Fatimiyah kehilangan kendali atas Palestina dan tergantikan oleh Kekaisaran Seljuk Raya, menyebabkan hubungan politik, perdagangan, serta toleransi antar negara Arab dan Kristen Eropa mengalami pasang surut hingga pada tahun 1072.
Namun pada saat kalifah Fatimiyah Al-Hakim bi-Amr Allah menghancurkan Gereja Makam Kudus, penerus dari kalifah tersebut kembali mengizinkan Kekaisaran Bizantium kembali membangun gereja tersebut. Selain itu, para penguasa kaum Muslim juga memperbolehkan umat Katolik untuk melakukan peziarahan ke berbagai situs atau tempat suci. Sikap toleransi begitu kuat terjadi saat itu dan dapat dibuktikan dengan keadaan dari budaya dan keyakinan hidup saling berdampingan.
Akan tetapi perbedaan terjadi di bagian pesisir atau daerah perbatasan berbanding terbalik, yang mana penduduk yang menempati wilayah tersebut sangat tidak bersahabat bagi para pedangan juga peziarah umat Katolik. Dan dengan adanya hal tersebut, Perang Salib yang terjadi di wilayah Eropa kemudian dapat dipicu.
Tokoh Perang Salib
Selama Perang Salib berlangsung, terdapat beberapa tokoh penting yang ikut andil dalam Perang tersebut antara lain ialah.
- Sultan Saladin (Saladin Al Ayyubi)
- Richad 1 (Richard The Lion Heart)
- Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih)
- Friedrich 1, Friedrich Barbarossa (Kaisa Romawi Suci)
- Pangeran Wallachia (Vlad III Dracula)
- Badlwin IV
Kesimpulan Sejarah Dari Perang Salib
Membahas tentang perang Salib tidaklah selalu mengenai pertumpahan darah, akan tetapi terdapat pula masalah politik, koeksistensi, pertukaran ilmiah, perdagangan, bahkan karena cinta sekalipun. Ada begitu banyak ilmuwan yang terus mencari dan menggali tentang peninggalan dari Perang Salib tersebut. Tak hanya berupa peninggalan dalam bentuk benda saja, namun juga terus menggali pengetahuan dari ilmu Islam yang ada pada zaman tersebut. Dengan adanya penelitian tersebut, maka ada banyak pula fakta yang berhasil di dapatkan yang tentunya berasal dari Perang Salib.
Disebutkan dalam fakta sejarahnya bahwa Perang Salib bukanlah semata-mata tentang perang antar agama yang di landasi dengan rasa kebencian. Akan tetapi kebudayaan antar dua golongan tersebut menyatakan bahwa iman adalah yang lebih jamak terjadi. Dan dari Perang Salib itulah berbagai ilmu pengetahuan tentang agama saling di tukarkan. Tak hanya itu saja, beragam ilmu mengenai astronomi, kedokteran hingga ilmu filsafat terus juga menjadi ilmu pengetahuan yang di tukarkan saat itu.
Adapun Dinasti Ayyubiah saat itu membuat karakteristik pemerintahan menjadi terbuka, baik dalam bidang perdagangan maupun bidang industri. Dengan begitu bangsa Eropa pada masa peperangan tersebut pertama kali mengetahui tentang sistem moneterisasi umat Muslim yang diakui lebih kompleks. Tak hanya itu saja, bangsa Eropa juga menjadi saksi tentang pertumbuhan industri yang terjadi di berbagai negeri Islam Timur Tengah. Dan dari situ pula, konteks mengenai teknologi mulai di adopsi oleh bangsa Eropa, seperti halnya pembuatan kain, kertas, karpet, irigasi, kincir air, dan lain sebagainya.
Perang Salib yang terjadi dalam kurun waktu yang begitu lama juga meninggalkan banyak dampak bagi masyarakat luas, seperti halnya persangkaan, kecurigaan, dan bekas luka pada sejarah yang tertinggal pada kedua belah pihak. Untuk saat ini mungkin saja banyak yang memikirkan bahwa Perang Salib bukan hanya suatu ancaman di abad pertengahan saja. Akan tetapi terjadi di zaman ini juga, yang mana upaya Barat yang secara terus menerus merusak sumber daya alam. Adapun berbagai kelompok yang terkena dampak dari Perang Salib tersebut ialah kaum Kristen lokal yang bukan bangsa Eropa yang kemudian diusir. Akan tetapi sebagian pula dari orang-orang tersebut memilih berpindah agama agar lebih aman.